Sunday, June 16, 2013

Sumimasen, Kachi-kachi Rope way doko desu ka?

View of Lake Kawaguchi from Kachi-kachi Mountain 

Ada pepatah yang mengatakan: Malu bertanya sesat di jalan. Well, kalo tidak ada yang bisa ditanya gimana nemu jalannya? Itulah yang terjadi pada saya di suatu pagi ketika saya tiba di Stasiun Kawaguchiko dari Tokyo. Saya hendak melihat Danau Kawaguchi yang terletak di kaki Gunung Fuji dengan harapan bisa melihat sekilas pemandangan Gunung Fuji. 

Berbekal peta dari informasi turis di stasiun, saya pun melangkah menuju Kachi-kachi mountain di mana saya berencana untuk menaiki kereta gantung dan melihat pemandangan Danau Kawaguchi dan Gunung Fuji. Permasalahannya saya adalah orang yang sangat payah dalam hal membaca peta, maka tersesatlah saya. Dan biasanya saya mencari jalan dengan bertanya pada orang yang saya temui di jalan walaupun saya tidak bisa berbahasa Jepang. Itu yang saya lakukan selama saya berada di Tokyo. Akan tetapi Danau Kawaguchiko terletak di sebuah kota kecil, dan entah mengapa saya tidak menemukan orang yang bisa saya ajak bicara. Sungguh, saya benar-benar tersesat dan hilang arah (uda kayak lagu aja). Terus terang saya panik dan hampir menitikkan air mata (iya, saya memang suka lebay) karena saya  dikejar waktu karena saya hanya memiliki beberapa jam saja di sini berhubung saya harus mengejar bus menuju Kyoto di malam harinya. 

Akhirnya saya menemukan sebuah toko kecil di mana ada dua orang nenek sedang duduk mengobrol. Dengan pedenya saya mengetok pintu toko itu dan mengucapkan: "Sumimasen, Kachi-kachi Rope way doko desu ka?" Eits, jangan disangka saya bisa berbahasa Jepang yah, saya cuma bisa ngomong kalimat itu untuk bertanya jalan, selanjutnya saya pasti bicara dalam bahasa Inggris. Kedua nenek baik hati itu berusaha menjelaskan kepada saya arah petunjuk jalan dalam bahasa jepang diawali dengan: "Go straight" yang kedengarannya seperti go straite. Btw, semua orang di Jepang kayaknya kalo ditanya soal jalan, menjawabnya dengan penuh ketulusan dan saya beberapa kali hingga diantar sampai ke tujuan. 

Rupa-rupanya saya salah mengambil jalan, dan untunglah dari toko kedua nenek itu sudah tidak terlalu jauh lagi. Saya sampai sempat merindukan tukang ojek yang gampang ditemukan kalo di Indonesia Sama halnya ketika saya kecapean jalan di Osaka yang akan saya ceritakan lain waktu. 

Menuju ke stasiun kereta gantung Kachi-kachi Rope way, saya melewati toko-toko kecil yang lucu dan menjual souvenir-souvenir khas Jepang. Tapi saya tidak sempat memasukinya karena diuber waktu. Udara yang dingin ditambah tersesat membuat saya lapar. Untunglah saya melewati Lawson, di situ saya membeli roti sandwich dan susu coklat Van Houten yang enaaakk sekaliii. Rencananya akan saya makan di dalam kereta gantung sambil menatap Danau Kawaguchi. Sesampainya di atas, saya rasanya hepiii sekali walaupun sebelumnya jujur saya sempat stress karena tersesat. Sayangnya saya tidak dapat melihat Gunung Fuji karena tertutup kabut tebal. Tetapi pemandangan dari atas sudah cukup menyenangkan saya. Pengen rasanya saya kembali lagi ketika musim semi. Semoga... :)


Monday, April 1, 2013

Wisata Kuliner Saigon Part II

Halo..lanjut lagi yah sama acara jalan-jalan ke Saigonnya. Kali ini saya akan cerita makan malam saya di hari kedua di Saigon. Setelah tur keliling kota Saigon dan makan siang super enak di kedai yang jualan berbagai macam kerang, malam pun tiba. Loan mengajak kami untuk minum-minum kopi di sebuah cafe yang lumayan terkenal di kalangan anak muda Vietnam. Saya lupa nama tempatnya karena Loan mengusulkan beberapa macam tempat.



Menu di sini seperti cafe di Jakarta pada umumnya. Kami hanya memesan kopi susu dan menikmati suasana cafe yang dibuat dengan tema natural. Lumayan sih buat ngopi-ngopi sore bareng teman. Kemudian kami pun beranjak menuju tepi sungai Saigon untuk melihat-lihat river cruise di malam hari. Sungguh menyenangkan berjalan-jalan di tepi sungai seperti itu. Beberapa orang banyak yang sedang memancing, bahkan ada yang berhasil menangkap semacam ikan lele yang sangat besar.

Setelah kami berkeliling-keliling cukup jauh, saya melihat sebuah tempat makan pinggir jalan unik yang menjual sosis sapi dibungkus daun lalot dan kemudian dipanggang. Dimakan dengan rice paper dan dipping sauce beserta lalap khas Vietnam. Rasanya ruaarrr biasaaa..saya suka sekali..sosisnya smoky dan dipadu dengan dipping sauce yang asam manis pedas. Hmmmm...enakkkk




Saya sempat berusaha memotret ibu-ibu yang sedang memanggang sosis ini, hanya saja ia tidak mengizinkannya karena takut fotonya dipakai untuk hal lain, saya bingung juga ya, buat apa juga saya melakukan itu. Loan kemudian memberi tahu saya bahwa sebenarnya berjualan di pinggir jalan seperti itu melanggar aturan, sehingga ibu itu sepertinya takut apabila fotonya dipakai untuk melaporkan dia. Akhirnya saya mengalah dan melanjutkan untuk menghabiskan makan malam saya :)

Friday, February 22, 2013

Wisata Kuliner Saigon Part I

Memang hidup saya itu ga bisa jauh-jauh dari seputar makanan. Makanya ga heran saya chubby kek gini. Buat saya ga afdol banget kalo jalan-jalan ke suatu tempat dan ga mencoba makanan khas tempat tersebut.

Tahun lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Saigon di Vietnam. Kota ini dulunya merupakan ibukota lama dari Vietnam. Kalo melihat Saigon serasa melihat Jakarta beberapa waktu yang lalu di mana belum terlalu banyak mal dan gedung tinggi seperti sekarang. Lalu lintas kota Saigon jangan ditanya, kayaknya banyakan jumlah motornya daripada manusianya. Menyebrang jalan di Saigon membutuhkan perjuangan karena harus menembus belantara motor yang gak berhenti-henti datang.

Sayangnya saya ga punya gambar lalu lintas di Saigon yang dipadati sama motor-motor itu. Jadi saya ngambil dari google aja yah..


http://i381.photobucket.com/albums/oo259/Sebastionbear/motorcyclemayhemvietnam.jpg
I know sekilas kayak Jakarta yah tapi menurut saya , jalanan Jakarta tuh lebih gede, dan motor-motornya lebih dikit  (tapi sedikitt). Hehehe...

Okeh, saya di sini kan sbnrnya mau ngomongin kuliner khas Saigon yah..Jadi let's go back to the topic.
Saya nyampe di Saigon itu kalo ga salah sekitar jam 8 berdua dengan teman saya. Jam segitu di Saigon masi rame bukan main. Berhubung nginep di daerah turis (seperti Jalan Jaksanya Saigon) Pham Ngu Lao, maka mencari makanan mustinya bukan masalah kan. Cuma karena saking banyaknya pilihan, malah jadi bingung mau mencoba yang mana dulu. Akhirnya setelah berkeliling-keliling selama setengah jam lebih, kami memutuskan untuk makan di suatu tempat yang menjual semacam soto khas Vietnam, Bo Bun Hue (kalo saya salah sebut mohon dimaafkeun yah karena saya lupa nyatet dan nama makanan Vietnam agak ajaib buat orang yang baru pertama kali denger)



Kuah soto Vietnam ini mirip bakso dan soto. Sepertinya sih kaldunya terbuat dari pork (oh iya sebagai catatan memang kebanyakan makanan yang saya temui di sini non halal). Soto ini terdiri dari bihun dan daging ayam, udang, babi. Rasanya sangat enak, kalo mau pedas tinggal ditambahkan irisan cabe rawit yang lumayan judes rasanya buat saya dan perasan jeruk nipis, slurrpp..seger deh. Seporsi soto Vietnam ini 30000 VND alias IDR 15000 saja. Murah kan?

Keesokkan harinya saya jalan-jalan keliling Saigon ditemani local guide dari Saigon Hotpot. Saya mengunjungi Gereja Katedral Notre Dame, Saigon Central Post Office, dan War Remnants Museum.

inside Central Post Offfice Saigon
Notre Dame Cathedral Saigon

Pulang berkeliling tentu membuat kami lapar, saya kemudian meminta kepada local guide saya, Loan, untuk menunjukkan tempat makan untuk yang biasa dikunjungi orang lokal tapi bukan tempat untuk turis. Biar khas gitu, maksudnya. Loan pun mengajak kami makan siang di sebuah restoran yang menjual berbagai macam kerang dan siput. Sekali lagi saya tidak tahu nama-nama makanan tersebut karena menunya dalam bahasa Vietnam dan orang-orang di sana tidak berbahasa Inggris. Saya memang ingin sekali merasakan pengalaman kuliner lokal yang seru seperti ini.

Makanannya enakkkk sekali. Kerang,siput, dan keong diolah dengan berbagai macam bumbu dan dimakan dengan lalapan ala Vietnam yang terdiri dari sayuran dan dedaunan yang rasanya eksotis banget beserta sambal khas Vietnam Nuoc Cham. Saya saking sukanya ingin membawa pulang karena di Jakarta saya ga pernah nemu daun seperti itu.  Pengganti nasi adalah roti baguette yang cukup mengenyangkan.

Pesta kerang dan keong

kesukaan saya..kerang ditumis pake samchan alias pork lard

semacam keong yang dimasak pake santan dan cabe

tiram super gede

Ini loh dedaunan yang saya maksud dan nuoc cham
keong ini dimasak pake saus tamarind alias asam jawa
Buku menu. Oc itu kerang kalo ga salah

Writing this post makes me hungry. LOL.. So I'm going to have lunch now.  Saya akan lanjutkan cerita kuliner saya seputar Saigon pada postingan berikutnya yah.. Oh iya sekali lagi, makanan di Saigon ini murah-murah. Kayaknya saya makan bertiga ga nyampe 200.000 VND deh. Cheers!



Thursday, February 21, 2013

After a while..

Posting pertama setelah 3 tahun ga nulis blog! ihiyy..

Sebenernya bingung mau nulis apa, banyak hal yang mau saya ceritakan. Pada awalnya blog ini diperuntukkan untuk menulis seputar hobi baking saya. Tapi dikarenakan banyak hal juga yang sebenernya menarik buat ditulis, jadi saya mengubah konsep blog ini menjadi tulisan saya mengenai tiga hal yang selalu menarik buat saya yaitu baking, eating, dan traveling. 

Mungkin untuk posting kali ini saya lebih banyak memuat foto-foto baking saya selama 3 tahun ini. 

Yeps, setelah berulang kali trial and error, akhirnya saya bisa membuat berbagai macam macaron dan beberapa jenis kue.  Lebih seringnya sih memang macarons and I earn money from that :)

Lots of macarons!!!

macarons in a special box

Kadang-kadang juga di saat masih rajin, decorated cake with fondant.

Winnie the Pooh themed cake for Noven

I do bake some cupcakes 


Christmas cupcakes

FC Barcelona themed cupcakes

And other baked goods that I will post in the future time. Cheers!